Oleh: KH. Achmad Buchory Nur Hadi (Ketua MWCNU Bontang Barat 2024-2029)
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam ajaran Islam, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Meski jasad telah kembali ke tanah, ruh tetap hidup dalam alam barzakh, menantikan hari kebangkitan. Namun, amal seseorang tidak serta-merta terputus setelah kematiannya. Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira bahwa ada amalan yang pahalanya tetap mengalir kepada mayyit, yaitu doa dan sedekah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الدُّعَاءُ وَالصَّدَقَةُ هَدِيَّةٌ إِلَى الْمَوْتَى
“Doa dan sedekah itu hadiah kepada mayyit.”
Hadis ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya. Keluarga dan sahabat yang masih hidup diberi kesempatan untuk terus membantu orang yang telah wafat melalui doa tulus dan sedekah atas namanya. Pahala dari amalan tersebut akan sampai kepada si mayyit, meringankan beban di alam kubur, bahkan menjadi penyebab diampuninya dosa-dosanya.
Lebih menakjubkan lagi, riwayat dari Sahabat Umar bin Khattab رضي الله عنه menjelaskan tentang keberlangsungan pahala sedekah yang diberikan setelah kematian. Beliau berkata:
الصَّدَقَةُ بَعْدَ الدَّفْنِ ثَوَابُهَا إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، وَالصَّدَقَةُ فِي ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ يَبْقَى ثَوَابُهَا إِلَى سَبْعَةِ أَيَّامٍ، وَالصَّدَقَةُ يَوْمَ السَّابِعِ يَبْقَى ثَوَابُهَا إِلَى خَمْسٍ وَعِشْرِينَ يَوْمًا، وَمِنَ الْخَمْسِ وَالْعِشْرِينَ إِلَى أَرْبَعِينَ يَوْمًا، وَمِنَ الْأَرْبَعِينَ إِلَى مِائَةٍ، وَمِنَ الْمِائَةِ إِلَى سَنَةٍ، وَمِنَ السَّنَةِ إِلَى أَلْفِ عَامٍ»
(Al-Hawi lil Fatawi, Juz 2, Hal. 198)
Artinya:
“Sedekah setelah jenazah dimakamkan, pahalanya sampai tiga hari. Sedekah pada hari ketiga, pahalanya berlangsung hingga tujuh hari. Sedekah pada hari ketujuh, pahalanya berlangsung hingga 25 hari. Dari 25 hari hingga 40 hari, lalu sedekah pada hari ke-40 pahalanya berlangsung hingga 100 hari. Dari 100 hari hingga satu tahun, dan dari satu tahun hingga seribu tahun.”
Riwayat ini, meskipun bukan hadis marfu’ (langsung dari Nabi), merupakan atsar yang dinukil dari para sahabat dan ulama salaf, yang menunjukkan pentingnya memperbanyak sedekah di hari-hari awal setelah kematian. Tradisi ini juga menjadi dasar bagi umat Islam untuk mengadakan tahlilan, khataman Al-Qur’an, atau sedekah berjamaah pada hari ke-3, ke-7, ke-40, 100 hari, dan seterusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada yang telah tiada.
Namun, perlu dicatat bahwa niat dalam bersedekah harus ikhlas karena Allah, bukan sekadar ritual tanpa makna. Sedekah yang paling utama adalah yang bermanfaat jangka panjang, seperti wakaf, sumur, masjid, atau pendidikan—sebagaimana sabda Nabi: *“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”* (HR. Muslim)
Dengan demikian, doa dan sedekah bukan hanya bentuk penghormatan terakhir, tetapi juga investasi pahala spesial bagi si mayyit. Semoga kita termasuk orang yang senantiasa mendoakan keluarga dan saudara kita yang telah mendahului, serta diberi kesempatan untuk beramal saleh yang pahalanya terus mengalir—baik di dunia maupun di akhirat.
والله أعلم بالصواب.
Posting Komentar