NU Bontang

Menyongsong New Normal (belajar dari manga One Piece)



Bagi anda para pecinta One Piece, tentu Tak asing lagi dengan istilah New World atau yang disebut dengan Dunia Baru. Dunia Baru adalah lautan luas bagian lain yang digambarkan di sana banyak hal-hal luar biasa yang ditemui oleh kru bajak laut Topi Jerami. Manga anime besutan dari Jepang karya tangan Eiichiro Oda ini mengisahkan tentang perjalanan sekelompok bajak laut yang ingin mendapatkan harta karun terbesar di dunia One Piece yang juga disebut "One Piece". 

Pada era sebelumnya, sebelum kru bajak laut Topi Jerami ini memasuki Dunia Baru atau New World, mereka belum merasakan perbedaan dari segi kekuatan ataupun peradaban yang dimiliki oleh bajak laut bajak laut lainnya. Setelah sampai di pulau Sabaody, disinilah sisi lain New World sedikit ditampakkan. Alangkah terkejutnya kelompok bajak laut yang menjadi ikon anime manga jepang yang menduduki peringkat pertama sebagai manga terfavorit ini. Mereka menyaksikan kekuatan-kekuatan yang dahsyat yang dimiliki oleh kru-kru bajak laut maupun angkatan laut dan para aliansinya.

Di Sabaody, kru Topi Jerami dibuat kalangkabut oleh angkatan laut. Saat itu mereka belum memiliki tingakatan kekuatan sebagaimana episode sekarang. Mereka mengalami keputus-asaan. Luffy, sebagai tokoh utama dalam serial manga ini yang biasanya selalu percaya diri dan tak pernah menyerah, disini ia mengaku bahwa kekuatannya belum sama sekali siap untuk menghadapi musuh-musuhnya. Baik dari aliansi bajak laut lain maupun angakatan laut. Kalimat keputus-asaan itu nampak jelas saat ia berteriak kepada para anggotanya "kalian semua, lari sebisa mungkin, saat ini kita tidak bisa melawan mereka". 

Sungguh ini bukanlah karakter Luffy yang kita kenal, yang biasanya selalu optimis walau ditengah hal-hal konyol yang ia lakukan. Namun pada saat itu ia sadar, kru nya akan menjadi bulan-bulanan empuk jika ia bertindak dengan ego sebagaimana biasanya atau dengan hal-hal konyol yang lain. 

Dari sinilah kru Topi Jerami belajar banyak hal. Untung saja, saat itu salah satu musuh yang ia hadapi adalah Bartholomew Kuma, mantan anggota Pasukan Revolusi, yang tidak lain adalah anggota dari ayah kandung Luffy. Sebelum Kuma kehilangan ingatannya sepenuhnya untuk dijadikan sebagai robot penghancur atau Cyborg Pasifista. Ia memanfaatkan momentum ini untuk berbuat baik terakhir kalinya. Dengan kemampuan buah iblis "Nikyu Nikyu no Mi", memberinya bantalan telapak tangan yang menyimpan kekuatan untuk "memantulkan" apa saja, termasuk udara di sekitarnya dalam kecepatan tinggi. ia juga mempu menggunakannya sebagai mode teleportasi untuk apa saja yang disentuhnya. 

Saat dalam situasi keputus-asaan ketika melawan angkatan laut. Kuma memukul satu persatu anggota kru Topi Jerami untuk dipindahkan ke tempat-tempat yang asing. Dan di tempat-tempat inilah yang kelak akan menjadi tempat masing-masing anggota kru Topi Jerami untuk meningkatkan kemampuan mereka. Berapa lama mereka harus mempersiapkan diri untuk masuk ke Dunia Baru atau New World ? Dua tahun. Iya, dua tahun. Yang sebelumnya mereka sepakat untuk bertemu lagi di pulau sabaody 3 hari kedepan, namun karena keputusan sang kapten. Mereka sepakat akan bertemu di pulau sabaody setelah 2 tahun lamanya. 

Berbicara tentang New World. Mengingatkan saya dengan istilah baru yang belakangan ini sering dibahas, yaitu New Normal. Secara singkat, New Normal adalah mengajak masyarat menjalankan kembali hidup normal namun dengan beberapa tatanan baru. Tentu hal ini tak lepas akibat ulah Pandemi yang sampai saat ini belum juga usai. Lantas apa hubungannya New Normal dan New World. Ya tidak ada hubungan apa-apa, New World itu istilah dalam anime One Piece, dan New Normal adalah istilah yang akan kita gunakan untuk menyongsong hidup normal kedepan. 

Namun tak ada salahnya jika kita belajar dari kisah kru Topi Jerami diatas. Sebelum mereka memasuki Dunia Baru atau New World, mereka merasa baik-baik saja dan apa yang mereka miliki pada saat itu mereka merasa sudah sangat cukup, Namun saat mereka akan memasuki Dunia Baru, mereka baru merasakan perbedaan yang sangat signifikan. Terutama dari sisi kekuatan. Tentu dalam dunia nyata kekuatan bukanlah hal utama sebagai tolok ukur, tetapi kekuatan disini bisa juga kita artikan sebagai kesiapan kita untuk menyongsong tatanan dalam memasuki New Normal. 

Bukan untuk menakut-nakuti, 3 bulan lalu. Kita dipaksa untuk menerapkan hidup serba online. Karena tidak adanya kesiapan yang matang, membuat beberapa orang merasa tak mampu dan akhirnya memiliki hasil yang tidak optimal. Kesiapan menuju New Normal merupakan hal penting, sebagaimana yang dilakukan kru Topi Jerami dalam mempersiapkan diri untuk memasuki Dunia Baru. 

Lantas, persiapan apa saja yang kita butuhkan ? Tentu dalam hal ini masing-masing orang memiliki kebutuhan yang berbeda, tergantung profesi dan keahliannya dibidang masing-masing. Namun setidaknya ada beberapa pola kesiapan yang seharusnya dimiliki semua orang. 

Pertama, harus terbiasa dengan hal-hal yang bersifat protokoler, terlebih protokoler kesehatan. Masyarakat kita nampaknya sedikit "kikuk" jika harus menerapkan sesuatu kudu sesuai protokolnya. Contoh kecil saja tentang masalah antre, budaya antre masyarakat kita masih belum cukup matang. Ini contoh kecil saja, karena antre juga bagian dari standar yang harus dilakukan saat kita berada dilingkup pelayanan publik. Belum lagi hal-hal yang bersifat protokoler lainnya. 

Kedua, pola membuat kebiasaan baru, bukan mengubah kebiasaan. Image mengubah kebiasaan nampaknya juga berat jika harus dilakukan. Karena kita memiliki semboyon "menjaga tradisi", lalu apa yang harus diubah, yang ada harus di jaga 😃. Yang lebih tepat menurut saya adalah membuat kebiasaan baru. Mungkin hal ini akan lebih mudah kita lakukan. Karena dari segi bahasanya sudah berbeda. Kalaupun pada praktiknya adalah mengubah kebiasaan, hal itu tidaklah bermasalah. Contoh kecil saja, 2 atau 3 bulan lalu. Di beranda kita banyak masyarakat yang antusias untuk berjemur di jam 10 pagi. Yap, ini dilakukan agar tubuh kita kebal dan terhindar daru virus. Namun saat ini, saya tidak sama sekali menemukannya lagi di beranda med-sos saya. Karena mindset awal yang mereka gunakan adalah mengubah kebiasaan. Kebiasaan ngerumpi jam 10 pagi di ubah menjadi berjemur. Kebiasaan nyuci baju jam 10 pagi, diubah atau ditambah dengan kebiasaan berjemur. Kalau saja mereka menerapkan kebiasaan baru, mungkin hal ini akan lebih awet.

Ketiga, beralih ke dunia virtual. Banyak yang tidak siap dengan dunia virtual akhirnya kalangkabut saat dipaksa menerapkannya. Contoh, yang sudah terbiasa berdagang dengan gaya konvensional tanpa diiringi dengan berdagang melalui dunia maya. Saat semua segmen menerapkan PSBP, maka pedagang konvensional ini akan sangat kelabakan. Ia akan ditinggalkan para pembelinya yang sudah mahir menggunakan mode virtual dalam urusan jual beli. Namun tidak bagi mereka yang sudah terbiasa berdagang melalui dunia maya, kalaupun ada penurunan daya beli, tetapi hal tersebut tidak anjlog begitu saja. 

Belajar marketing di dunia virtual saat ini sangat amat penting sekali. Walaupun ada plus dan minusnya. Namun setidaknya saat kita mampu untuk bervirtualisasi, setidaknya kita tidak terlalu tertinggal jauh dengan yang lain. Saat yang lain sudah menggunakan Apk Zoom untuk meeting, kita masih ngeyel rapat harus dengan interaksi langsung. Sekali lagi, jangan tinggalkan dunia Virtual. Apa yang sedang hangat digunakan, segera pelajari itu. Setidaknya, di lain kesempatan apa yang pernah kita pelajari pasti akan bermanfaat. Syukur jika kita bisa belajar masalah IT yang jarang dipelajari orang lain, dan itu memiliki daya jual tinggi. 

Siap untuk masuk Dunia Baru ? Siap untuk masuk New Normal ?
Siap tidak siap harus siap, mau tidak mau harus siap. Persiapkan diri anda se siap mungkin. Karena keadaan akan memaksa diri anda harus siap. Jika anda tidak siap, maka bersiap-siaplah untuk ditinggalkan. 🙂

Miftahul Alim

Ketua LTN-NU Bontang

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama