Rais Syuriah PCNU Bontang KH Mulkan Adzima ikut menyuarakan penolakannya terhadap rencana Pemerintah Republik Indonesia yang hendak menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto. Sikap ini sejalan dengan pernyataan resmi yang telah disampaikan oleh Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri, yang lebih dikenal dengan Gus Mus.
Dalam berbagai pernyataannya, Gus Mus menegaskan ketidaksetujuannya dengan gelar pahlawan untuk Soeharto. Ia mengingatkan banyaknya ketidakadilan selama masa Orde Baru yang menimpa para ulama dan santri, khususnya yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. “Banyak kiai yang diperlakukan tidak adil, bahkan ada yang mendapat intimidasi dan penindasan,” ungkap Gus Mus.
KH Mulkan Adzima orang nomor satu di NU Bontang, menerangkan bahwa penolakannya bukan tanpa dasar. Ia menilai sejarah mencatat banyak peristiwa kelam yang dialami warga NU dan masyarakat luas selama rezim Orde Baru berkuasa. Peristiwa tragis seperti pembakaran rumah kiai dan intimidasi pada masa pemilu di Indramayu hingga pembunuhan terhadap tokoh-tokoh NU belum pernah diungkap secara tuntas dan tidak pantas dilupakan begitu saja.
"Sikap kami mendukung penuh pandangan Gus Mus. Memberi gelar pahlawan kepada Soeharto seperti menutup rapat luka sejarah yang belum sembuh," ujar KH Mulkan.
Ia juga menambahkan bahwa banyak keluarga ulama dan pejuang bangsa memilih untuk tidak mengusulkan gelar pahlawan bagi anggota keluarganya untuk menjaga keikhlasan amal mereka. Hal ini menjadi cerminan betapa gelar pahlawan bukan sekadar penghargaan, melainkan sebuah simbol perjuangan serta integritas moral.
Juga disinggung oleh Gus Mus, bahwa dukungan dari orang-orang Nahdlatul Ulama yang justru menyetujui gelar tersebut menunjukkan ketidaktahuan sejarah dan kurangnya pemahaman terhadap penderitaan yang dialami oleh kiai dan warga NU pada masa Orde Baru.
KH Mulkan menegaskan, sebagai bagian dari komunitas NU, pihaknya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk meluruskan sejarah yang seringkali dilupakan atau disalahartikan demi menciptakan keadilan dan kebenaran.
Penolakan ini bukan hanya soal menolak gelar, tetapi juga bentuk penghormatan kepada para korban yang mengalami tekanan, kekerasan, dan ketidakadilan selama Orde Baru, yang hingga saat ini belum mendapat pengakuan yang layak.
Dengan sikap tegas ini, KH Mulkan Adzima mengajak masyarakat untuk membuka mata dan hati dalam menilai sejarah dengan jujur, agar gelar pahlawan benar-benar diberikan kepada mereka yang memang berjasa dan pantas mendapatkan penghormatan tersebut.


إرسال تعليق