NU Bontang

Khutbah Jum'at : Menuju Surga dengan Jalur Cinta



 Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ 
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Marilah kita semua dengan segenap hati selalu berikhtiar dalam meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. karena hanya dengan ketaqwaan, akan mengantarkan kita kepada derajat mulia dihadapan Allah Dzat Yang Menguasai langit dan bumi. Yaitu dengan cara meningkatkan kualitas ibadah kita dan dibersamai dengan usaha meninggalkan segala apa yang menjadi larangan-Nya . Taqwa adalah pakaian terbaik, pakaian yang tak pernah lekang oleh trend, yang tak pernah ketinggalan zaman, harganaya dapat digapai oleh siapapun dan selalu pantas dipakai pada setiap keadaan. 


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Keindahan akhlak dan budi pekerti yang di miliki baginda Nabi ibarat oease di tengah gurun pasir. Dimana, di tengah-tengah tradisi jahiliyyah, tradisi tanpa adab dan nir-moral sosok mulia ini muncul menjadi segara tauldan. Perangainya yang santun, tutur bahasa yang berbudi dan tingkah lakunya yang penuh kelembutan membuat orang-orang yang berada disekitarnya takjub dan kagum. Gelar al-Amin, disematkan kepada beliau sejak beliau muda. Sebuah gelar yang dikenal bukan hanya dikalangan kaum muslimin saja, tetapi juga di kalangan orang-orang kafir Quraisy. Al-Amin memiliki arti orang yang dapat di percaya. Karena Raasulullah adalah sosok yang teliau terkenal jujur dengan kejujurannya. Baik perilaku maupun dari ucapan. Beliau adalah sosok yang sama sekali tak pernah dusta.


Beliau juga terkenal sebagai juru damai diantara suku yang ada pada masa itu. Salah satu kisah populer, tentang bagaimana Rasulullah mampu menjadi solusi, mampu memberikan  jalan tengah saat menghadapi masalah tentang siapa yang akan meletakkan hajar aswad ketika usai giat renovasi ka’bah. Diantara banyak tokoh Quraisy yang ada, mereka saling berebut dan semua merasa lebih pantas untuk meletakkan hajar aswad pada  tempatnya. Akhirnya Nabi Muhammad SAW memberikan usulan yang brilian, yakni siapa yang esok hari datang paling awal ke ka’bah maka dialah yang berhak meletakkan hajar aswad di tempatnya. Dan usulan ini di setujui oleh para tokoh yang hadir pada saat itu.


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Apa yang terjadi, dan ternyata beliau Rasulullah SAW lah yang pertama kali datang di area ka’bah. Lantas apakah beliau langsung meletakkan hajar aswad itu sendiri? Tidak, beliau bukanlah sosok egois dan gila hormat. Yang beliau lakukan adalah mengajak beberapa tokoh secara bersamaan dengan cara membentangkan kain dan hajar aswad itu diletakkan diatasnya kemudian diangkat secara bersama-sama. Hal ini membuat para tokoh yang ada menjadi puas dan tidak merasa ditinggalkan ataupun direndahkan. 


Rasulullah SAW adalah sosok pembawa rahmat bagi semesta. Kasih sayang untuk alam dan seluruh isinya. Allah SWT berfirman dalam surah al-Ambiya’ ayat 107:


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ 


Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)


Melalui ayat ini Allah Swt. memberikan kita informasi bahwa Allah menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai rahmat untuk semesta alam. Dengan kata lain, Dia mengutusnya sebagai kasih sayang bagi kita dan semesta alam. Maka barang siapa yang mau beriman dan menerima dengan apa yang telah disampaikan oleh baginda Nabi, ia akan menjadi manusia yang berbahagialah di dunia juga diakhiratnya. Dan barang saja siapa yang menolak serta mengingkari apa yang pernah dibawa dan disampailkan oleh Baginda Nabi, maka dia golongan orang-orang yang merugi. Baik di dunia, terlebih kelak akhirat.


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Saat ini, kita hanya bisa mendengar dan membaca kisah-kisah yang sarat dengan tauladan yang pernah Rasulullah lakukan. Karena kita tidaklah hidup se-zaman dengan beliau. Namun demikian, patut kita bersyukur walaupun kita tidak pernah menyaksikan kemuliaan-kemuliaan yang pernah dilakukan oleh Baginda Nabi, jiwa-jiwa kita dianugerahi cinta, jiwa-jiwa kita dianugerahi rindu. Jiwa-jiwa kita dianugerahi keimanan dan mengimani apa yang pernah disabdakan oleh beliau melalui hadits-haditsnya. Ini merupakan anugera besar yang  kita miliki dan harus terus kita rawat. Karena tidak sedikit orang-orang yang diberikan kesempatan hidup se-zaman dengan Rasulullah tetapi justru mereka tidak meyakini apa yang dibawah oleh nabi, bukan hanya tidak menyakini bahkan banyak diantara mereka yang menolak dan menjadi musuh Rasulullah.


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Semua orang berhak mencintai Rasulullah SAW. Entah itu orang yang bersorban, berdasi, bersarung, berkaos oblong atau bagaimanapun jenis orangnya, semua berhak mencintai Rasulullah SAW. Cinta adalah salah satu bagian dari anugerah yang diberikan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya dan anugerah cinta terbesar adalah ketika hati kita diberikan anugerah untuk mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya pernah mengatakan, “Seseorang akan bersama orang yang dicintai”, Artinya, ketika kita mencintai Rasulullah SAW, ingsya Allah kita akan ditempatkan bersama beliau di surga kelak. Secara lengkap kita dapat melihat bunyi hadits ini adalah sebagai berikut:


أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَة ؟ ُ فَقَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ (رواه البخاري)


Artinya: “Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “kapankah kiamat tiba?”,  Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam kembali bertanya, “Apa yang telah kau persiapkan untuk bekal di hari kiamat?” laki-laki itu berkata, “Saya tidak mempersiapkan dengan banyak shalat, puasa ataupun sedekah, tetapi saya mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Kemudian beliau bersabda, “Kamu bersama dengan yang kau cintai”.


Dari hadits di atas kita bisa melihat bahwa memiliki cinta kepada Rasul merupakan modal besar untuk kelak agar kita dapat bersama beliau. Dari hadits tersebut kita juga bisa melihat bagaimana Rasulullah menanamkan sebuah optimisme kepada umatnya yang memiliki standar ibadah biasa-biasa saja. Artinya, laki-laki yang bertanya itu bukanlah sahabat yang memiliki kualitas ibadah tinggi, bukan dari golongan sahabat-sahabat yang utama. Seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan sahabat-sahabat nabi yang utama lainnya. Namun karena cinta yang dimiliki kepada Nabi, laki-laki yang bertanya itu memiliki harapan besar Nabi akan membersamainya kelak. Karena seseorang akan bersama dengan orang yang diicintai. 


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Cinta kepada Rasulullah tentu harus dibuktikan dengan mengerjakan apa yang menjadi perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi larangan-larangan yang telah ditetapkan. Namun demikian, kita menyadari bersama bahwa kita adalah manusia biasa yang kadang juga melakukan khilaf dan dosa. Tetapi dosa ataupun khilaf yang pernah kita lakukan jangan menjadi penghalang mengalirnya energi cinta yang kita miliki kepada Rasul sang junjungan alam. Karena tidak termasuk dari syarat mencintai Allah dan Rasul-Nya, harus terbebas dari semua dosa. Justru cinta ini harus menjadi motivasi untuk kita agar kita bisa menjadi lebih baik lagi. Ibaratnya, ketika kita memiliki seseorang yang kita cintai, maka kita akan berusaha menjadi sosok yang terlihat lebih baik ketika kita berada di hadapan orang yang kita cintai. Apalagi cinta ini adalah cinta untuk makhluk yang paling istimewa, makhluk dengan penuh kemuliaan yakni Rasulullah Muhammad SAW.  

 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Jga sebagai bukti cinta kita kepada Rasul adalah ketika kita sering menyebut namanya. Yaitu dengan cara bersholawat kepada beliau. Sebagaimana ketika kita mencintai seseorang, tentu namanya akan menjadi nama yang terpatri dalam diri kita dan namanya akan menpjadi nama kerap kita sebut-sebut. Shalawat kepada nabi adalah salah satu cara mengekspresikan cinta kita kepadanya. Dan shalawat merupakan bagian dari perintah Allah SWT. dalam surah al-Ahzab ayat 56:


اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا 

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)


Semoga dengan bekal cinta kita kepada nabi menjadi sebab kita akan mendapatkan naungan syafaatnya kelak di hari kiamat. Semoga dengan bekal cinta ini kelak kita dikumpulkan bersama dengan beliau di surganya Allah SWT. semoga cinta yang kita miliki dapat lestari dan abadi dalam sanubari kita. Amin ya robbal ‘alamin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ  

Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama