NU Bontang

Sedekah riya’ ala santri senior

 


Oleh : A Buchory NH

Di satu kabupaten di jawa timur ada desa dimana mayoritas masyarakatnya adalah kaum santri, bak kaum laki-laki maupun perempuan 70% lulusan pondok pesatren yang ada di kabupaten tersebut, maka tidak heran kalau mencari orang yang  pandai membaca kitab kuning, demikian  juga jumlah orang yang hafal Al Qur’an tidak terhitung jumlahnya, termasuk lembaga pendidikan non formal yang menjadi tempat menuntut ilmu agama bagi anak-anak tidak kesulitan menjumpainya.

Sedangkan kebanyakan aktifitas ekonominya adalah bergerak di bidang perdagangan dan pertanian, maklum ijazah tanda kelulusan dari pondok pesantren tidak bisa di gunakan untuk melamar pekerjaan formal seperti pegawai negeri, peruhaan BUMN dan pabrik-pabrik yang selalu menggunakan ijazah pendidikan formal, padahal tidak jauh dari desa tersebut berdiri pabrik minuman, makanan ringan dan susu kaleng ternama. Meski demikian derajat ekonomi masyarakat desa tersebut tergolong baik, terbukti 55%  penduduknya masuk kategori sejahtera, 32% pra sejahtera dan selebihnya bisa di kategorikan miskin.

Nah, di desa tersebut ada seorang santri senior yang usianya  telah memasuki kepala 7, beliau seorang tuan tanah sekaligus juragan beras paling sukses di desa tersebut. beliau dikarunia anak 5 dan 8 cucu. Meski umurnya tergolong sudah udzur, namun semangatnya untuk memakmurkan masjid dan menjadi pengurus di salah satu madrasah diniyah patut di teladani. beliau juga sangat aktif di majlis sholawat, majlis yasin tahlil dan majlis dzikir,  baik di desanya sendiri,  juga majlis-majlis yang ada di desa tetangga. Selain itu beliau juga memiliki jiwa kedermawanan yang cukup tinggi, maka tidak heran jika beliau sangat di segani dan menjadi salah satu tokoh penting di desa tersebut.

Sudah selazimnya di bulan suci romadhon ummat Islam sangat bersemangat dalam menata ibadahnya, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Masjid dan mushola menjadi lebih makmur dibandingkan bulan-bulab lain. Demikian juga bersedekah manjadi sangat marak, mulai dari menyediakan takjil dan sajian untuk ummat yang sedang tadarrus Al-Qur’an seusai sholat tarawih dimasjid-dan musholla. tidak terkecuali berinfaq untuk kemaslahatan dan oprasional masjid dan musholla.

Biasanya setelah sholat isya’ berjamaah dan sebelum sholat tarawih di di laksanakan perwakilan takmir masjid menyampaikan beberapa informasi terkait dengan kegiatan yang telah di programkan oleh takmir masjid, tidak terkecuali menyampaikan kondisi dan sirkulasi keungan masjid. Mulai malam pertama ada yang agak mengejutkan tatkala perwakilan takmir manyampaikan satu nama yang telah menyumbang untuk masjid , yaitu nama santri senior tersebut diatas.  Tak mir berkata, “Hadirin wal hadirot jamaah sekalian yang dirahmati Alloh ta’ala, alhamdulillah takmir menerima sumbangan uang tunai dari bapak Haji A (sebutan untuk santri senior) sebesar Rp 100 ribu.  malam kedua juga di umumkan bahwa bapak Haji A menyumbang untuk masjid Rp 100 ribu, malam ketiga juga di umumkan lagi bahwa bapak Haji A menyumbang Rp 100 ribu. demikian seterusnya hingga malam ke 20 romadhon. Kontan saja nama bapak Haji A menjadi buah bibir dan menjadi tema utama dalam bergunjing diantara jamaah. ada yang berkata, “kalau Cuma Rp 100 ribu aku juga setiap malam, tapi aku langsung masukkan saja ke kotak amal masjid tanpa di umumkan”. Yang lain juga ada yang berujar, “iya habis-habisi  waktu saja, satu orang disebut karena nyumbang Rp 100 ribu”. yang lain menimpali, “iya, sedekah Rp 100 ribu saja riya’ sampai segitunya”. Dengan nada lebih bijak, yang lain berkata, “mungkin beliau memberi contoh untuk kita-kita yang masih muda”. dan berbagai macam gunjungan lainnya.

Pada akhirnya dimalam ke 23 banyak jamaah yang gerah mendengarkan pengumuman nama penymbang Rp 100 ribu, maka di sepakati ada 4 orang perwakilan jamaah menghadap takmir masjid untuk mempertanyakan maksud pengumuman tersebut. Takmir dengan sangat bijak memberi waktu dan tempat untuk menerima perwakilan jamaah, dan pertemuan itupun terlaksana di rumah ketua takmir. Ketua takmir memulai pembicaraan, “ada apa ini bapak-bapak, apa ada yang mau di sampaikan terkait kemakmuran masjid kita?. Juru bicara perwakilan menjawab, “iya pak, langsung saja pada persoalan, mulai besok malam nama pak Haji yang nyumbang Rp 100 ribu tidak usah di sebut lagi, ini sudah menjadi kesepakatan sebagian jamaah”. “ooo masalah itu, begini pak, ini memang permintaan beliau, kami hanya menghormati beliau sebagai santri senior yang memang tokoh kita”. Kata takmir. juru bicara berkata lagi, “kalau begitu, berarti beliau  memang riya’. Sebaiknya bapak sebagai takmir memberi nasehat kepada pak Haji bahwa sedekah seperti itu adalah riya’. Takmir berkata , “baik, kalau memang ini permintaan dari jamaah, insyaa Alloh saya sampaikan kepeda beliau dan mulai besok sumbangan beliau tidak lagi di umumkan”. perwakilan tampak sangat lega dan wajah mereka sumringah, karena masukannnya langsung di respon. Takmir berkata lagi, “Ada satu hal yang penting untuk saya sampaikan kepada bapak-bapak sekalian, sebenranya bergini, beliau mulai malam pertama sampai malam 23 malam ini, beliau memberi sumbangan ke masjid sebesar Rp 1 juta 100 ribu, beliau berpeasan, yang Rp 100 ribu tolong di umumkan, tapi yang Rp 1 juta tidak usah, biar ini menjadi sedekah rahasia saya”, jadi total sedekah beliau untuk kemaslahatn masjid mulai malam pertama hingga malam ini Rp 25.300.000. Semua perwakilan tercengang dan diam seribu bahasa mendengar apa yang di ceritakan oleh takmir masjid. Pada akhirnya mareka pun segera pamit undur diri dari rumah ketua takmir dengan muka agak pucat lesu yang di hiasi rasa malu. Sang takmir masjidpun tersenyum melepas 4 orang perwakilan jamaah tersebut.

Alloh Ta’ala berfirman :


 

274. orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs Al baqoroh)

 

eL-Hikmah :

  1. Tetap istikomah menjadi santri sampai mati
  2. Santri harus tetap percaya diri walau tidak punya ijazah yang dapat digunakan untuk melamar kerjaaan
  3. Hakikat santri adalah mandiri dalam mencari rezeki yang barokah
  4. Dermawan adalah salah satu sifat asli santri
  5. mengingatkan tanpa menyakiti adalah akhlaq santri

 

catatan :

  1. Nama santri dan pondok pesantren tidak bisa saya sebut karena ada beberapa pertimbangan
  2. Kisah ini saya simak dari cerita seorang Kiyai saat kajian kitab tafsier jalalain
  3. Saran dan masukan bisa melalui No WA 08125489920

 

 

Salam : Saya Santri

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama