NU Bontang

Khutbah Jumat: The Power of Niat


 

Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ 
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Kita mungkin semua telah memahami. Bahkan mungkin telah hafal, satu ayat yang didalamnya terdapat penjelasan bahwa tujuan Allah SWT menciptakan jin dan manusia adalah semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Ayat ini sangat familiar dan sangat sering kita dengar. Entah melalui mimbar jum'at sebagaimana sekarang, di majelis ta'lim atau melalui video-video di platform media sosial. Redaksi ayat ini dapat kita temui dalam surat Adz-Dzariyat ayat ke 56. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut:


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan agar mereka beribadah kepada-Ku" (QS. Adz-Zariyat: 56)


Ketika kita mendengar kata ibadah, mindset kita kebanyakan memaknai  ibadah adalah seperti shalat, puasa, zakat, ataupun haji. Apakah hal ini salah? Tentu tidak. Karena memang benar bahwa shalat, puasa, ataupun haji  adalah bagian dari ibadah. Yaitu ibadah yang bersifat formil dan mengikat. Ada tata cara dan aturan dalam melaksanakannya. Ada syarat dan rukunnya yang diatur dalam syariat. Inilah yang disebut sebagai ibadah mahdlah.


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Namun, kita juga perlu mengingat bahwa ibadah tidak hanya sebatas itu. Ibadah tidak hanya sebatas shalat, puasa, zakat maupun haji. Ada ibadah yang bersifat non-spiritual. Yakni ibadah ghairu Mahdlah. Yaitu yang mencakup semua amalan yang bersifat duniawi. Seperti kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bekerja menjadi nelayan, bekerja sebagai petani, menjadi guru, bekerja sebagai pedagang, bekerja di kantor dan lain sebagainya yang semua itu dilakukan untuk mencari ridha Allah SWT.


Dengan demikian, dapat kita artian bahwa cakupan ibadah itu memiliki dimensi yang sangat luas. Bahkan pekerjaan yang sebenarnya urusan duniawi, ketika saat bekerja meniatkan diri untuk mencari ridha Allah SWT disitu ada nilai-nilai ibadah. Pakemnya ada pada sisi niat. Bekerja di kantor, niat mencari ridha Allah maka pekerjaan yang ia lakukan bernilai ibadah. Seorang petani, ia menggarap sawah dengan niat mencari ridha Allah, maka kerjanya bernilai ibadah. Seseorang yang bekerja di pabrik misal, ia berangkat kerja dengan niat lillahi ta'ala, maka apa yang ia lakukan adalah bernilai ibadah.


Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat ad-Dzariyat ayat 56 jika kita maknai secara letterlijk, tekstual saja seakan-akan manusia tidak lagi diberi ruang untuk melakukan hal lain kecuali beribadah. Karena secara makna teks jelas bahwa tujuan Allah SWT menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah. Tetapi jika kita luaskan lagi maknanya terkait ibadah, maka akan kita temukan bahwa ibadah memiliki cakupan dan dimensi yang luas. Bukan hanya ibadah yang bersifat spiritual saja, tetapi ada ibadah yang bersifat non-spiritual. Ibadah yang tidak mengikat.


Di dalam kitab ta'limul muta'allim disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:


كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الدُّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِنْ أَعْمَالِ الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أعْمَالِ الْأَخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَّةِ


Artinya: “Banyak perbuatan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus. Banyak pula perbuatan yang terlihat sebagai perbuatan ukhrawi bergeser menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang buruk.”


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Melihat luasnya cakupan ibadah, dapat dikatakan bahwa apa saja yang kita lakukan berpotensi mendapatkan nilai ibadah. Tentunya yang dimaksud disini adalah hal-hal yang bernilai positif. Selama segala sesuatu yang kita kerjakan diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT maka itu masuk dalam kategori ibadah dan bernilai pahala. Niat terlihat sederhana dan sepele, namun niat juga menjadi penentu sah-tidaknya, diterima atau ditolaknya ibadah. Terlebih ibadah yang bersifat fardhu. Maka mari, segala hal yang kita lakukan kita mulai dengan niat mencari ridha-Nya. Entah itu yang berkaitan dengan pekerjaan, yang berkaitan dengan rumah tangga, berkaitan dengan interaksi sosial ataupun yang lainnya. Rutinitas harian yang kita lakukan, selama itu positif seyogyanya kita usahakan selalu dibarengi dengan niat lillahi ta'ala. Agar semua yang kita lakukan mendapatkan nilai pahala di sisi Allah SWT.


Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Niat disamping sebagai penentu ibadah ia juga memiliki power dahsyat bagi seseorang. Contoh kongkret yang kerap kita lakukan adalah masalah puasa. Kita bisa melihat dan merasakan, saat tengah sampai jam 9 atau 10 pagi sebelum kita mengkonsumsi apapun, ketika kita tidak berniat untuk puasa, kita akan merasa lapar dan haus, seakan-akan kita tidak kuat kalau tidak segera makan. Tetapi berbeda jika kita niat berpuasa. Walaupun kita lapar ataupun haus namun kita memiliki energi untuk  menahan makan dan minum sampai dengan datangnya adzan magrib. Itulah sisi kekuatan tersembunyi daripada niat. 


Terakhir, saat seseorang berniat untuk melakukan sebuah amal kebaikan tetapi ia belum sempat melakukannya dia akan mendapatkan catatan satu amal kebaikan. Padahal kebaikan itu belum dilakukan. Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad SAW:


إِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ.

وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً. (رواه البخاري و ومسلم)


Artinya: "Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga kelipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.” (HR. Bukhari dan muslim)

 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Itulah keutamaan niat. Hanya berniat saja belum sempat mengerjakan maka telah dicatat sebagai satu kebaikan. Semoga kita selalu diingatkan oleh Allah untuk mengawali setiap aktifitas kita dengan berniat mencari ridha-Nya. Agar apa yang kita lakukan bernilai ibadah. Semoga niat-niat yang telah kita niatkan tidak hanya menjadi sekedar niat tanpa melakukan, tetapi menjadi niat yang disertai dengan pengamalan agar kita tidak hanya mendapat satu pahala kebaikan tetapi mendapatkan berlipat-lipat pahala karena telah melakukan apa yang kita niatkan. Semoga niat-niat kita yang kita lafadzkan lillahi ta'ala, benar-benar murni menjadi niat untuk mencari ridha Allah SWT. Tidak hanya dilisan saja tetapi juga merasuk dalam sanubari kita. Semoga Allah memampukan kita. Aamiinn ya Robbal 'Alamin.

  

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ  

Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


file pdf dapat di download disini

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama