NU Bontang

Setiap Sunni Pasti Bermadzhab, Tetapi Tidak Selalu yang Bermadzhab Termasuk Sunni



Oleh: Jehan Fiqhi Y, Lc., M.Sosio. 

(Ketua Lakpesdam PCNU Kota Bontang)


Kok bisa?


Hampir saja bermadzhab dengan salah satu dari empat madzhab merupakan ciri yang membedakan antara sunni (penganut ahlus sunnah wal jamaah) dengan ahli bid'ah dari kelompok yang memperturutkan hawa nafsu. Akan tetapi,  ketika akidah adalah masuk dalam kategori ashl (pokok/dasar), sedangkan fiqih merupakan cabang darinya, maka ditemukan dari golongan ahli bid'ah yang bermadzhab dengan salah satu dari empat madzhab.


Hal yang dirasa tidak masuk akal, tetapi terjadi.


Dari madzhab Hanafi, ada yang berakidah Mu'tazilah, seperti Ahmad bin Faris, Ibnu Janiy, dan al-Zamakhsyari. Ada juga yang fiqihnya bermadzhab Hanafi, tetapi akidahnya Musyabbihah, seperti Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi. Padahal jelas jauh sekali pokok madzhab Hanafi dengan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).


Dari madzhab Syafii, ada yang berakidah Mu'tazilah, seperti Abu al-Husain al-Bashri.


Sedangkan dari madzhab Maliki, Ibnu Subki berkata bahwa penganut madzhab Maliki adalah orang-orang yang lebih khusus lagi berakidah Asy'ari, karena penganut Madzhab Maliki tidak akan menyebut seseorang itu bermadzhab Maliki jika berakidah selain Asy'ariyah. Akan tetapi bisa saja mereka menyebut selain yang bermadzhab Maliki, dengan sebutan condong ke Mu'tazilah atau Musyabbihah. 


Sedangkan dari madzhab Hambali/Hanabilah, pokok ajaran mereka sangat jauh dari Mu'tazilah. Akan tetapi, justru kebanyakan dari penganut Hambali, malah terperosok dalam akidah Musyabbihah dan Karromiyah. Hingga tersebarlah istilah Hanabilah dimaknai sebagai Musyabbihah di jaman kekhalifahan Abbasiyah, bahkan murid-murid Imam Ahmad bin Hambal banyak yang menganut paham Musyabbihah.


Di jaman kita sekarang, tersebarlah madzhab Tasybih di bawah bayang-bayang madzhab Hambali. Metode Dzohiriyyah, yaitu memaknai teks dari nash, baik ayat al-Quran dan hadis dengan makna harfiyah apa adanya dalam teks, ketika memahami nash yang berhaluan akidah dan fiqih dengan bersembunyi di balik nama besar Imam Ahmad bin Hambal. 


Padahal ulama pembesar madzhab Hambali yang dulu dan sekarang sudah memperingatkan hal ini. Mereka menjelaskan bahwa madzhab Hambali terlepas dari madzhab Tasybih dan Tajsim. Akan tetapi, kelompok yang bersembunyi di balik madzhab Hambali selalu seolah membela madzhab Hambali dengan mempengaruhi orang awam dan menakut-nakuti para ulama yang lain. Mereka mengklaim dengan pernyataan lama sekaligus baru: Kami adalah representasi  madzhab Ahlus Sunnah! 


Mayoritas kaum muslimin tidak termasuk dari bagian ahlus sunnah menurut mereka ini. Jikalau sebagian besar kaum muslimin tidak termasuk dari ahlus sunnah seperti yang mereka gaungkan, lalu ahlus sunnah macam apa yang sedang mereka perjuangkan?


Bermadzhab itu bagus, terlebih jika berakidah Asyari dan Maturidi. Insya Allah inilah jalan yang aman. Sedangkan bermadzhab tetapi berakidah melenceng, tentu ini menjadi masalah. Apalagi tidak bermadzhab, ini masalah besar. Yang justru perlu diwaspadai adalah seolah bermadzhab, yakni bermadzhab Hambali, tetapi justru terperosok ke dalam tasybih dan tajsim yang mana keduanya sangat bertolak belakang dengan pokok ajaran madzhab Hambali.


Semoga kita dan anak cucu kita selamat dari berbagai paham yang melenceng ketika memahami agama dan ahlus sunnah wal jamaah. Amin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama