NU Bontang

Definisi Kebahagiaan

sumber:Pixels.com


Oleh : Miftahul Alim (LTN-NU BONTANG)


Bahagia adalah sesuatu yang didambakan setiap manusia dari mereka yang masih bayi, anak kecil, anak remaja, orang dewasa, sampai orang tua, mereka semua akan mendambakan sebuah kebahagiaan, lalu apa sih bahagia itu? Dari pertanyaan ini maka kita akan mendapatkan jawaban yang bervariasi. Ada yang memaknai, bahagia adalah ketika bisa makan enak, bahagia adalah ketika semua kebutuhan terpenuhi, bahagia adalah ketika punya rumah, bahagia adalah ketika punya mobil dan emas berlian yang berlimpah, bahagia adalah ketika dapat membuat orangtuanya bahagia, bahagia adalah ketika melihat orang yang disayangi merasa bahagia, dan masih banyak lagi definisi-definisi kebahagiaan persepsi masing-masing setiap orang. 


Tetapi banyak diantara kita yang tidak menyadari, dan salah langka dalam mengejawantahkan kebahagiaan itu sendiri, sering kali kita terjebak dan justru mempersempit interpretasi kata bahagia, membatasinya dengan sekat-sekat, sehingga membuat arti bahagia itu semakin sempit, dengan membuat tolok ukur kebahagiaan itu dengan kacamata orang lain, itulah yang semakin mengerucutkan paradigma kebahagian, karena melihat orang lain bahagia, kita akan menyangka, sesuatu yang dapat membuat orang lain itu bahagia, jika kita terapkan kepada kita, maka kita akan ikut bahagia pula, ini adalah salah kaprah dalam mendefinisikan makna kebahagiaan, karena sejatinya kebahagiaan itu sesuatu yang tidak bisa di pukul rata, dan tidak semuanya bisa diterapkan begitu saja. 


Jika Ingin bahagia maka Lihatlah apa yang hati butuhkan, karena ini adalah sumber dasar kebahagiaan, jangan melihat apa yang kita inginkan, sebuah keinginan ibarat birahi yang tak pernah ada hilirnya, ia senantiasa ada dan tak pernah selesai, maka cara yang paling aman adalah, lihat apa yang hati kita butuhkan, Tentu saja ini bukan perkara yang sepele, tetapi diri kita-lah yang paling mafhum tentang suasana hati masing-masing. 


Suasana hati adalah penentu semua kebahagiaan, sebanyak apapun yang dimiliki, secukup apapun materi yang dipunyai, , jika suasana hati berada dalam situasi "gelap", maka dapat dipastikan si pemilik hati belum dapat dikategorikan sebagai orang yang bahagia.


sebuah analogi : 

Pemandangan yang bagus bisa jadi baik dikonsumsi untuk indera penglihatan, tetapi sesuatu yang baik untuk penglihatan apakah selalu baik untuk hati? Tentu saja tidak, jika mata kita melihat hal indah, mungkin saja keindahan itu hanya bisa dirasakan oleh mata, tetapi belum tentu bisa dirasakan oleh hati, karena bisa saja situasi hati masih belum dapat "klik" dan meresonansi dengan keindahan yang dilihat oleh mata, itulah kenapa, mereka yang tunanetra sekalipun dapat merasakan bahagia. 


Apakah jika telinga kita mendengar kabar baik lantas hati kita selalu bisa merasa bahagia? Belum juga tentu, bisa jadi apa yang didengar oleh telinga, tidak bisa dicerna dan dirasakan oleh hati, dan lagi, itulah kenapa orang tunarungu sekalipun bisa juga merasakan bahagia. bukan mata, telinga, atau indera yang lainnya yang menjadi patokan kapan manusia itu bisa bahagia, tetapi "hati" lah yang menjadi central sebuah kebahagiaan. 


Berbicara masalah hati, disini kita akan menemukan sesuatu yang sangat luas, hati ibarat samudra, bahkan jauh lebih luas, pepatah mengatakan "luasnya samudera bisa di ukur, tetapi luasnya hati siapa yang tahu", ungkapan yang mewakili betapa luas sebuah hati, dan setiap manusia memiliki itu. Seluas apapun sebuah hati, maka penguasanya tidak lain adalah yang punya hati itu sendiri, maka andalah yang paling berperan dalam mengolah hati anda, agar bagaimana dan seperti apa kebutuhan hati anda dapat terpenuhi, tidak selalu harus terpenuhi, tetapi paling tidak ada salah satu kebutuhan yang harus dan diselesaikan. 


Orang yang paling bahagia adalah, orang yang pandai mengatur sesuka hati suasanya hatinya.


Kontributor: Miftahul Alim
Editor: Mohammad Bahri

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama