Kurban adalah Manifestasi Cinta


Oleh: KH Buchory Nur Hadi


Cinta dan iman adalah dua kata yang sangat sulit dibedakan, sebab keduanya sama-sama bersifat non indrawi, bahkan keduanya tumbuh dan berkembang dari satu titik istimewa yang sama, yaitu hati.


Keduanya juga sama-sama membutuhkan bukti nyata bagi siapapun yang mengaku dengan lisannya. Dan di hari raya idul adha ini ummat Islam disuguhkan teladan manifestasi iman dan cinta dari satu keluarga yang terdiri dari seorang ayah, yaitu Nabi Ibrohim As, seorang ibu, yaitu ibunda Siti Hajar Ra dan seorang anak, yaitu Nabi Ismail As. Sejak 4000 tahun yang lalu sosok-sosok mulai itu telah menorehkan kisah dan sejarah indahnya yang tak akan pernah lekang oleh waktu, kisahnya akan selalu menjadi buah bibir yang manis untuk diceritakan dan pasti akan terus lestari dikenang dari masa ke masa, bahkan dapat menembus sendi-sendi perkembangan  zaman dan teknologi yang demikian cepat dan pesat . Kisahnya akan selalu memberi motivasi dan inspirasi yang kuat bagi ummat manusia, hingga datangnya suatu hari yang tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Alloh Ta'ala dan tidak ada naungan kecuali naungan dari Alloh Ta'ala, Yaitu hari kiyamat. 


Iman dan cinta Nabi Ibrohim As kepada Alloh Ta'ala tidak hanya sekedar penghias dan pemanis bibir, iman dan cintanya telah terbukti nyata dan teruji istimewa . Hal ini dapat direnungkan dari kisahnya. Yaitu pada saat ia sangat merasakan kebahagiaan, dengan kehadiran seorang anak laki-laki yang akan menjadi pewaris agama dan ajaran yang diperjuangkannya, tiba-tiba turun perintah Alloh Ta'ala untuk menyudahi lebih cepat kebahagian itu dengan cara yang teramat sangat berat, yaitu mengorbankan dan menyembelih puntra semata wayangnya Ismail As . Alloh Ta'ala berfirman ;

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٠٢

Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (Qs Ashshoffat). 


Banyangkan!, ayah mana yang sanggup kehilangan buah hatinya secepat itu, ayah mana yang rela kehilangan calon generasi penerusnya dimasa yang akan datang, ayah mana yang memiliki rasa tega yang cukup untuk menggorok batang leher putra satu-satunya pada saat itu. Akan tetapi, bagi Nabi Ibrohim As perintah Alloh Ta'ala adalah diatas segala-galanya, perintah Alloh Ta'ala adalah tidak ada yang menandingi untuk dilaksanakannya dan melaksanakan perintah Alloh adalah manifestasi iman dan cintanya. 


Sebagai seorang ayah sebenarnya sangatlah tidak mudah untuk melaksanakan perintah tersebut, sebab selain harus melawan bergolakan bathin yang sangat dahsyat  itu,  ia tidak bisa mengabaikan begitu saja sosok yang telah mengandung, melahirkan dan menyusui putranya, yaitu Ibunda Siti Hajar Ra. Namun setelah Nabi Ibrohim As menyampaikan dan menjelaskan perintah itu kepada istrinya,  ternyata sang istri adalah sosok yang memiliki iman dan cinta kepada Alloh Ta'ala yang setara dengan dengannya. Ibunda Hajar Ra sepakat dan ridho dengan perintah Alloh Ta'ala, ia merelakan putranya untuk dikurbankan. 


Setelah Nabi Ibrohim dan Ibunda Siti Hajar Ra sepakat dan memenangkan pergolakan bathinnya, ternyata muncul energi negatif yang sangat kuat yang menghalang-halangi dan merintanginya, yaitu tipu muslihat Iblis laknatulloh. 


Sahabat Ibnu Abbas Ra menggambarkan bagaimana Iblis berupaya sekuat tenaga dalam menghalangi Nabi Ibrohim As. Ia berkata : "Tatkala Isma'il As akan diajak menuju tempat penyembelihan, Nabi Ibrohim As berkata kepada Ibunda Hajar Ra, pakaikanlah pakaian terbaik untuk putraku, berikan minyak wangi padanya, serta sisir yang rapi rambutnya. Kemudian Nabi Ibrohim As mengajaknya bergegas menuju tempat yang telah ditentukan olehnya. Isma'il As sangat gembira dan senang berjalan didepan ayahnya yang membawa sebilah pedang yang sangat tajam dan tambang yang cukup panjang yang akan gunakan untuk mengeksekusi putranya.


Saat ditengah perjalanan menuju tempat yang telah disiapkan untuk mengeksekusi Ismail As, Iblis datang untuk menjalankan aksinya dalam upaya menggagalkan apa yang telah mantab akan dilaksanakan oleh Nabi Ibrohim As. Ia berkata ;

يا ابراهيم، الا ترى اعتدال قامته وحسن صورته ولطافة سيرته. 

Hai Ibrohim, apakah engkau tidak melihat betapa gagahnya putramu, betapa tampan rupawan wajahnya dan betapa lembut sikap dan tutur katanya? . Nabi Ibrohim As mantab menjawab ;

نعم يالعين،ولكن امرت بذالك

Benar hai terkutuk, namun Aku telah diperitah (Alloh Ta'ala) untuk melaksanakan hal ini!. 


Maka, tatkala Iblis telah putus asa menghalangi Nabi Ibrohim As, ia mencoba untuk mendatangi Ibunda Hajar As untuk menghasudnya. Kepadanya ia berkata ; 

يا هاجر، كيف تقعدين وذهب ابراهيم لابنك ليذبحه. 

Hai Hajar, kenapa engkau hanya diduduk berdiam diri saja , sedangkan Ibrohim membawa putramu untuk disembelih. ibunda Siti  Hajar As menjawab ; 

لا تكذب علي هل رأيت أبا يذبح ابنه. 

Kamu jangan membohongi aku, mana ada seorang ayah akan menyembelih putranya sendiri. Ia berkata ; 

النبي لا يأمر بالباطل 

Sungguh, seorang nabi tidak mungkin diperintah untuk mengerjakan perbuatan bathil. 


Iblispun putus asa yang tiada Tara, sebab gagal total menghasud Nabi Ibrohim As dan Ibunda Hajar As, dan iapun berteriak histeris, "Sungguh telah patah tulang punggungku, sebab keyakinannya kepada Alloh Ta'ala". 


Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah jika seorang hamba telah benar-banar beriman dan mencintai Alloh Ta'ala, maka ia akan dengan mudah mematahkan tulang punggung Iblis dan menjadikan tipu dayanya sia-sia yang berakhir putus asa. 


Alloh Ta'ala berfirman :

اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًاۚ ࣖ ۝٧٦

Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. (Qs An Nisaa).


Sementara itu digambarkan betapa dahsyatnya pergolakan batin seorang anak yang masih polos, senang bermain penuh keceriaan dan memiliki masa depan yang sangat jauh dan cerah, justru akan digorok batang lehernya oleh ayah tercintanya atas perintah Alloh Ta'ala. Lalu bagaimana tipu daya Iblis  dalam upaya menggagalkan apa yang telah diperintahkan Alloh Ta'ala kepada Nabi Ismail As. Sebab sangat tidak mungkin jika Iblis membiarkan begitu saja tanpa upaya menghalang-halangi Nabi Ismail As dari jalan yang lurus, yaitu siap mengerjakan perintah Alloh Ta'ala. 

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيم

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (QS Al-A’raf ayat 16-17). 


Setelah Iblis gagal total menghalang-halangi Nabi Ibrohim As dan Ibunda Hajar Ra, makhluq terkutuk itu mengarahkan sasaran tembaknya kepada Nabi Ismail As seraya berkata ;

يااسماءيل، انك لاتفرح وتلعب ومع ابيك حبل ؤسكين يريد ذبحك. 

Hai Ismail, kamu jangan bersenang-senang dan terus bermain, sedangkan ayahmu membawa tambang panjang dan pedang yang sangat tajam, ia hendak menyembelih mu!. 

Nabi Ismail As menjawab ;

 يا لعين ،لا تكذب علي لا يذبحني ابي

Hai makhluk terkutuk, kamu jangan membohongiku, sangat tidak mungkin ayahku menyembelihku!. 

Iblis berkata lagi ;

يزعم ان امره ربه بذالك.

Ayahmu menyangka bahwa hal itu adalah perintah Tuhannya. 

Nabi Ismail As menjawab lagi ;

سمعناواطعما لامرربي. 

Saya mendengar dan saya patuh terhadap perintah Tuhanku.


Maka, tatkala Iblis hendak berkata lagi, Nabi Ismail As seketika mengambil batu dan dilemparkan kepadanya sekuat tenaga dan mengenai mata sebelah kirinya. Setelah itu Iblis lari terbirit-birit dengan kekalahan dan kekecewaan yang mendalam. Dan peristiwa inilah yang menjadi dasar adanya lempar jumroh dalam ibadah haji dengan isyarat menolak dan mengusir Iblis yang terkutuk.

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ ( { أَنَّهُ جَعَلَ اَلْبَيْتَ عَنْ يَسَارِهِ, وَمِنًى عَنْ يَمِينِهِ, وَرَمَى اَلْجَمْرَةَ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ وَقَالَ: هَذَا مَقَامُ اَلَّذِي أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ اَلْبَقَرَةِ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. .

Diceritakan dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud ra, ia menjadikan Baitullah sebelah kirinya dan Mina sebelah kanannya dan melempar dengan tujuh batu. Ia berkata, “Di sinilah tempat diturunkannya surah Al-Baqarah kepada Nabi Saw.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1749 dan Muslim, no. 1296, 307]


Setelah ketiga sosok mulia itu sukses melewati rintangan gejolak bathinnya dan menjadikan iblis gagal total, maka terjadilah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi lagi setelahnya, yaitu seorang ayah  menjadi raja tega  dan seorang ibu rela menyerahkan putranya untuk digorok batang lehernya demi keimanan dan kecintaannya kepada Alloh Ta'ala. 


Namun, disaat sesenti mata pedang tajam sampai memotong leher Nabi Ismail As, Alloh Ta'ala menebusnya dengan domba jantan yang gemuk. Ya, yang terpotong lehernya adalah domba itu, darah segar yang memancar dan mengalir adalah darah domba besar itu, dan yang menjadi kurban Nabi Ibrohim As adalah domba besar itu, domba jantan besar yang dibawa oleh Malaikat Jibril As dari surga atas perintah Alloh Ta'ala. 


 قال أكثر المفسرين : كان ذلك الكبش رعى في الجنة أربعين خريفا .

Mayoritas Ulama Tafsier berkata ; Bahwa domba besar itu adalah domba yang hidup di surga selama 40 musim semi dan gugur. 

وروي عن سعيد بن جبير عن ابن عباس قال : الكبش الذي ذبحه إبراهيم هو الذي قربه ابن آدم هابيل .

Diriwayatkan dari sahabat Said Bin Zubair Ra, dari sahabat Ibnu Abbas Ra, ia berkata ; Domba besar yang disembelih Nabi Ibrohim As adalah domba yang dikurbankan oleh Habil putra Nabi Adam As. 

عن علي ، رضي الله عنه : ( وفديناه بذبح عظيم ) قال : بكبش أبيض أعين أقرن ،

Dari sahabat Ali Bin Abi Tholib Ra, ia menjelaskan ayat 107 Ashshoffat ; Sifat-sifat domba yang disembelih adalah domba berwarna putih, bermata cerah dan  bertanduk indah.


Alloh Ta'ala berfirman ;

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ ۝١٠٧

Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. (QS Ash-Shaffat  107).


Dari peristiwa dahsyat ini, dapat dipetik beberapa faidah untuk diserap menjadi hikmah yang bermanfaat dan menjadi berokah dalam menempuh jalan lurus menuju keutuhan pengabdian dan keridhoan Alloh Ta'ala :

1. Kurban yang dikeluarkan oleh setiap muslim pasti akan diganti oleh Ta'ala dengan rezeki yang tidak disangka-sangka. 

2. Ibadah kurban akan menghadirkan keajaiban dalam perjalanan kehidupan. 

3. Ibadah kurban menjadi bukti sempurna keimanan dan kecintaan seorang hamba kepada Alloh Ta'ala. 

4. Ibadah kurban secara signifikan mengurangi kebergantungan dan kecintaan seorang hamba kepada dunia. 

5. Ibadah kurban dapat memberikan hati dari sifat Bakhil (pelit)

6. Ibadah kurban adalah wujud kepedulian sosial bagi ummat manusia. 

Semoga Alloh Ta'ala senantiasa memberikan hidayah dan taufiqnya untuk meraih seutuhnya keutamaan ibadah dibulan Dzul Hijjah ditahun ini dan seterusnya..... Amin Amin Allohumma Amiin

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama