NU Bontang

Pohon mangga gadung Vs Pohon belimbing sayur

 

umber: https://pixabay.com/id/photos/mangga-buah-cabang-mangga-hijau-5978355/

Oleh : A Buchory NH

Di satu desa ada sosok santri yang sudah sepuh, beliau di tokohkan karena memang layak menajadi seorang tokoh, selain lulusan beberapa pondok pesantren, beliau juga alim dan berakhlaq mulia, pembawaannya yang murah senyum serta kalem dan kedermwanannya yang sangat tinggi. Semasa beliau masih hidup setiap tahun di akhrir bulan romadhon beliau selalu membagi-bagikan beras 3 Kg kepada setiap kepala keluarga di desanya tanpa terkecuali, bahkan tokoh-tokoh masyarakat biasanya di beri 50 Kg. terkadang beras yang di bagikan mencapai 2 Ton. Selain beras beliau juga membagikan ratusan potong sarung, selain itu setiap hari raya idul fitri beliau juga memberi uang Rp 5.000 kepada setiap orang yang bersilaturrohim ke rumahnya tanpa terkecuali, laki-laki, perempuan, dewasa dan anak2. dalam sehari tidak kurang dari 2 juta yang beliau bagikan, ini berlangsung sampai hari ke 7 idul fitri.

melihat anak-anak usia SD dan SMP usai pulang sekolah, mereka hanya bermain-main saja, maka jiwa kesantrian beliau terusik, karena beliau sangat memahami bahwa pelajaran agama di sekolah sangat minim sedangkan banyak waktu anak-anak yang dihabiskan dengan main dan main saja, beliaupun mantab mendirikan MADIN (Madrasah Diniyah). Beliau merelakan 5 petak sawahnya untuk di bangun gedung madin yang pada mulanya hanya 4 kelas, 1 kontor guru dan musholla saja. Biaya pembangunan pun 100% beliau yang  menanggung. namun untuk pengerjaannya banyak warga di sekitar  terpanggil untuk menyumbang tenaga dalam proses pembangunannya.

Kurang dari 5 bulan pengerjaan gedung madin sudah bisa dimanfaatkan, dan dimulailah proses penerimaan santri ditahun ajaran pertama di madin tersebut. Masyarakan sangat antusias dengan keberadaan madin tersebut, karena kini anak-anak mereka usai sholat dzuhur tidak lagi berkeliaran hanya main-main saja, namun waktunya bisa optimal  untuk menuntut ilmu agama yang akan menuntun mereka menjadi pribadi yang beraqidah mapan, beribadah benar dan berakhlaq mulia. hal ini ditandai dengan banyaknya orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya, ditahun pertama saja santri yang terdaftar menacapai 115 anak. 

Pada tahun ke 5 gedung madin sudah tidak bisa lagi menampung santri yang naik ke kelas 5 ibtidaiyah, karena ruang kelas hanya 4, oleh sebab itulah kepala madin segera menghadap kepada pengasuh, yaitu sang santri senior. kepala madrasah berkata, “Abah, ruang kelas sudah tidak mencukupi untuk anak-anak santri, kelas 4 yang naik ke kelas 5 ibtidaiyah belum ada ruang kelasnya, mohon arahannya”. Beliau langsung menjawab, “Ahad 5 hari lagi segera bangun 2 ruang kelas lagi, untuk sementara santri kelas 5 menempati musholla dulu”. “Baik abah, kami akan segera mengkondisikan”. sahut kepala madin. “Kamu tidak repot-repot usah cari dana, tetap focus saja dengan melaksanakan program madin, sola dana pembangunan biar aku yang urus sendiri, Alloh Ta;ala Maha Kaya dan Maha Pengasih”. “nanti malam tukang tak panggil agar segera membeli material agar hari ahad sudah bisa di mulai pembangunananya”.

Dan hari ahad pagi beberapa tukang dan masyarakat akan bersama-sama gotong royong membangun 2 ruang kelas, yaitu untuk kelas 5 dan 6 ibtidaiyah. Seetelah ditentukan titik pembangunannya, maka para tukang dan yang membantunya segera mengukur dan memberi tanda pada titik yang akan di gali pondasinya, ada sedikit masalah, dimana ada perbedaan pendapat di antara para tukang terkai posisi bangunan. Ada dilema, dimana jika bangunan mundur 2 meter, maka tidak lurus dengan bangunan lama dan pasti akan momotong 2 pohon mangga gadung yang besar-besar, tapi kalau bangunan maju 2 meter, maka bangunan akan lurus dengan bangunan lama, tapi pohon belimbing sayur yang tidak terlalu besar, namun lebat buahnya pasti akan di potong. Kepala tukang berkata, “Bangunan dimajukan saja ya, supaya bangunan lurus”. Yang lain menimpali, “iya, juga sayang pohon mangga gadungnya, ini kalau musim berbuah hasil panennya biasanya sampa satu pick up, harganya bisa 8 jutaan”. yang lain ada yang berkata, “Trus pohon belimbing di potong gitu?”. Ada yang menjawab, “kan Cuma belimbing, harganya murah, kalau berbuah kabanyak terbuang sia-sia”. setelah melalui perdebatan yang lumayan panjang, maka salah seorang Ustadz pengajar madin mengususlkan, “Gimana kalau kita meminta arahan ke Abah saja, karena  ini tanah beliau, dan yang saya tau pohon belimbing ini beliau sendiri yang nanam”. akhirnya semua sepakat kepala tukang dan Ustadz yang menghadap kepada Pengasuh Madin (santri senior).

Diluar dugaan, setelah kepala tukang menjelaskan masalahnya kepada sang santri senior (abah pengasuh madin), ternyata beliau  lebih sayang kepada pohon belimbing sayur yang harganya murah dibandingkan 2 pohon mangga gadung yang hasil panennya sampai 1 pickup. Beliau memberikan berkata dengan sangat bijaknya, “Belimibing sayur itu yang akan menemani aku di alam kubur hingga kesurga, karena ( 1). Belimbing sayur, aku tidak pernah berfikir untuk menjual, tapi hanya untuk sedekah. (2). Belimbing sayur yang minta meskipun tiap hari ngga sungkan, bandingkan dengan mangga, apa iya ada orang minta mangga setiap hari. (3). Belimbing sayur meskipun yang minta banyak orang dan berulang-ulang aku tidak pernah keberatan, kalau mangga??, karena itu potong saja 2 pohon mangga itu dan selamatkan belimbing sayurnya”. “Baik abah, sami’na Wa Atho’na”. kepala tukang menjawab.

Dan benar, banyak ibu2 yang mengantar dan menjemput anaknya menimba ilmu di madin tersebut mengambil buah belimbing sayur yang telatak di halaman gedung madin tersebut, bahkan jarang sekali yang meminta ke halalannya kepada yang punya, yaitu abah pengasuh.

Alloh Ta’ala berfirman :

 


20. barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (Qs Asy Syuro)

 

eL-Hikmah :

  1. Menghidupkan ilmu agama adalah misi setiap santri
  2. Mendirikan lembaga pendidikan adalah salah satu amal yang jariyah
  3. Memiliki visi dan misi keakhiratan adalah karakter khas seorang santri

 

catatan :

  1. Nama santri dan madin tidak bisa saya sebut karena ada beberapa pertimbangan
  2. Kisah ini saya simak dari bapak saya sendiri, Alm Bapak Nur Hadi yang menajdi salah satu pengajar di madin tersebut .
  3. Saran dan masukan bisa melalui No WA 08125489920

 

 

Salam : Saya Santri

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama