NU Bontang

Jelang Kurban, Lakpesdam Himbau Pemkot dan Ulama Respon PMK pada Sapi



BONTANG-Wabah penyakit justru menyerang hewan ternak seperti sapi. Penyakit tersebut bernama Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) atau juga dikenal dengan sebutan Foot and Mouth Disease. Tentu masyarakat banyak bertanya-tanya, apa yang harus dilakukan menjelang pemotongan hewan saat Idul Adha?


Ketua Lakpesdam PCNU Kota Bontang, Jehan Fiqhi memberi tanggapan tentang hal ini ketika dihubungi oleh NUOnline Bontang. “Ya, tentu Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Peternakan dan Rumah Potong Hewan harus merespon hal ini. Bisa dengan menggandeng MUI, NU, dan Muhammadiyah terkait apa saja yang harus dilakukan, terutama terkait dengan penyembelihan saat Idul Adha nanti,” katanya melalui wawancara telepon.


Lalu apakah hewan yang terinfeksi PMK memenuhi syarat untuk dijadikan hewan kurban, beliau menjawab, “Ini dua hal yang harus dicermati. Pertama, apakah dagingnya layak dikonsumi. Kementrian Pertanian menyebut daging dari sapi yang terinfeksi PMK masih bisa dikonsumsi. Hanya saja bagian-bagian tertentu tidak boleh dikonsumsi, seperti bagian kaki, organ dalam atau jeroan, dan bagian mulut seperti bibir dan lidah. Artinya, daging masih aman dikonsumsi. Ini di luar ritual penyembelihan hewan pada Idul Adha.”


“Sedangkan berkaitan dengan fikih kurban, nah ini yang harus diperhatikan oleh para ulama lebih rinci. Apakah hewan yang terinfeksi PMK itu dikatakan sakit atau tidak seperti dalam hadis Nabi SAW? Karena Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadis, ada 4 kriteria hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban, yaitu hewan yang matanya jelas-jelas buta, yang fisiknya jelas-jelas dalam keadaan sakit, yang kakinya jelas-jelas pincang, dan yang badannya kurus lagi tidak berlemak. Nah, perlu dikaji lagi, apakah hewan yang terinfeksi PMK dengan ciri-ciri mulut berbusa dan kaki bernanah ini masuk kategori bayyinun marodluha atau tidak. Para ulama Kota Bontang harus duduk bersama dengan Pemkot untuk membahas hal ini, jangan sampai terjadi marabahaya bagi masyarakat pada saat Idul Adha nanti,” katanya.


Menurutnya, hal ini penting sekali, mengingat beberapa lembaga dan organisasi telah memulai untuk melakukan pendaftaran calon muqorrib (orang yang berkurban, red) di beberapa media sosial. “Kita ingin semuanya baik ketika beribadah kurban saat Idul Adha, sah menurut agama, sehat menurut kesehatan,” ujarnya menutup sambungan telepon dengan wartawan kami.[]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama