oleh: Jeihan Fiqi Yudistira, Lc., M.Sosio.
Pendahuluan
Perceraian di Indonesia merupakan fenomena sosial yang kompleks, berdampak besar secara demografis, ekonomi, dan psikologis. Meskipun pernikahan diidealkan sebagai fondasi keluarga bahagia dan abadi, kenyataannya banyak yang berakhir dengan perpisahan. Pemerintah pun menaruh perhatian serius terhadap tingginya angka perceraian dan dampaknya, khususnya pada perempuan serta anak-anak, yang seringkali menjadi korban utama. Menteri Agama telah menyoroti munculnya “orang miskin baru” akibat perceraian, dan menegaskan perlunya penguatan lembaga seperti BP4 untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
Analisis mendalam mengenai tren, penyebab, dan dampak perceraian—terutama pada anak—menjadi sangat penting. Laporan ini menyajikan analisis data terkini dan temuan penelitian relevan sebagai dasar diskusi kebijakan dan perancangan intervensi yang efektif.
Metodologi laporan ini adalah sintesis data dari sumber otoritatif seperti BPS, Kementerian Agama, dan Badilag MA, serta studi akademis terkait. Fokus utama pada data tahun 2024, perbandingan dengan 2023, dan indikasi awal 2025.
Struktur laporan meliputi:
- Tren angka perceraian
- Analisis penyebab utama
- Dampak perceraian terhadap anak
- Kesimpulan dan rekomendasi kebijakan
I. Tren Angka Perceraian di Indonesia (2024–2025)
A. Statistik Nasional Perceraian 2024
- Data BPS (Goodstats, 14 Feb 2025): 399.921 kasus
- Data BPS (Parentnial, 27 Feb 2025): 394.608 kasus
- Data Badilag MA (Detik.com, 23 Apr 2025): 446.359 kasus
Perbedaan angka ini disebabkan oleh variasi metodologi, cakupan data, dan waktu rilis antar institusi. BPS mengagregasi data dari Kemenag (pasangan Muslim) dan pengadilan, sedangkan Badilag MA hanya mencatat kasus di Pengadilan Agama. Konsensusnya, ratusan ribu keluarga bercerai tiap tahun.
B. Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya (2023)
1. BPS (Inibalikpapan.com):2022: 448.126 kasus
2023: 408.347 kasus
2024: 399.921 kasus (tren menurun)
2. BPS (Goodstats/Kemenag):
2022: 516.344 kasus
2023: 463.654 kasus
2024: 399.921 kasus (penurunan signifikan)
3. Badilag MA:
2023: 408.347 kasus2024: 446.359 kasus (tren naik)
Tren menurun terlihat dari data BPS, sedangkan data Badilag MA menunjukkan kenaikan pada 2024. Penurunan pasca pandemi COVID-19 bisa dianggap sebagai koreksi alami, namun angka tetap tinggi.
Tabel Perbandingan Angka Perceraian (2022–2024)
Tahun | Sumber Data | Jumlah Kasus | Tren |
---|---|---|---|
2022 | BPS | 516.344 | - |
2023 | BPS | 463.654 | Turun |
2024 | BPS | 399.921 | Turun |
2022 | BPS | 448.126 | - |
2023 | BPS | 408.347 | Turun |
2024 | BPS | 399.921 | Turun |
2023 | Badilag MA | 408.347 | - |
2024 | Badilag MA | 446.359 | Naik |
C. Proyeksi dan Data Awal 2025
Data nasional 2025 belum lengkap, namun data regional menunjukkan angka tetap tinggi:
- Pengadilan Agama Jakarta Barat (Jan–Mar 2025): 900 kasus
- Pengadilan Agama Blitar (1 Jan–14 Mar 2025): 843 kasus
- Penyebab utama: ekonomi, perselingkuhan, judi online
Kementerian Agama menyoroti perlunya penguatan BP4 dan mengakui judi online sebagai penyebab baru yang signifikan.
D. Variasi Regional (2024)
Provinsi dengan Kasus Absolut Tertinggi:
- Jawa Barat: 88.842–91.146 kasus
- Jawa Timur: 77.658–79.293 kasus
- Jawa Tengah: 64.569–68.133 kasus
- Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Banten juga tinggi
Provinsi dengan Rasio Perceraian Tertinggi:
- Papua: 72%
- Papua Barat: 46,9%
- Bali: 32,6%
- Kalimantan Utara: 32,2%
- Sulawesi Utara: 32,4%
- Jawa Barat: 30,3%
Provinsi dengan Rasio Terendah:
- Maluku: 14%
- Nusa Tenggara Timur: 17,4%
Angka absolut tinggi di Jawa terkait populasi besar, urbanisasi, dan akses pengadilan. Rasio tinggi di luar Jawa memerlukan kajian lebih lanjut, bisa karena faktor budaya, sosial, atau pencatatan data.
Tabel Provinsi dengan Angka & Rasio Perceraian Tertinggi (2024)
Peringkat | Provinsi (Absolut) | Jumlah Kasus | Provinsi (Rasio) | Rasio (%) |
---|---|---|---|---|
1 | Jawa Barat | 88.985 | Papua | 72 |
2 | Jawa Timur | 79.293 | Papua Barat | 46,9 |
3 | Jawa Tengah | 64.937 | Bali | 32,6 |
4 | Sumatera Utara | 15.955 | Sulawesi Utara | 32,4 |
5 | Lampung | 14.603 | Kalimantan Utara | 32,2 |
E. Jenis Perceraian: Cerai Gugat vs. Cerai Talak
Cerai gugat (diajukan istri) mendominasi:
- 2024: >75% kasus diajukan istri
- 2023: 76% (352.403 dari 463.654 kasus)
- 2022: 75,21% (388.358 dari 516.344 kasus)
Provinsi dengan persentase cerai gugat tertinggi:
- Lampung: 82,2%
- Sumatera Utara: 81,7%
- NTB: 81,0%
- Sulawesi Selatan/Tengah: ~80,7%
- Jawa Tengah: 78,64%
- Aceh: 79,9%
- Maluku: 72,7%
- Papua: 76%
Dominasi cerai gugat menunjukkan perubahan relasi gender, peningkatan kesadaran dan kemandirian perempuan, serta perubahan norma sosial. Namun, risiko kemiskinan pasca-cerai tetap tinggi bagi perempuan, terutama jika menjadi kustodian anak.
7. Daftar Pustaka
- 7 Provinsi dengan Angka Perceraian Tertinggi di Indonesia
- Angka Perceraian Meningkat, Menag Usul UU Perkawinan Direvisi
- Simak Faktor Utama Penyebab Perceraian di Indonesia 2024
7 Provinsi dengan Angka Perceraian Tertinggi di Indonesia, Nomor Satu Bukan Jakarta!. Diakses dari:
https://www.nawacitapost.com/nasional/271154792/7-provinsi-dengan-angka-perceraian-tertinggi-di-indonesia-nomor-satu-bukan-jakartaAngka Perceraian Meningkat, Menag Usul UU Perkawinan Direvisi. Diakses dari:
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7882041/angka-perceraian-meningkat-menag-usul-uu-perkawinan-direvisiPerceraian Terus Meningkat, Menteri Agama Tegaskan Peran BP4 Harus Diperkuat. Diakses dari:
https://ketik.co.id/berita/perceraian-terus-meningkat-menteri-agama-tegaskan-peran-bp4-harus-diperkuatSimak Faktor Utama Penyebab Perceraian di Indonesia 2024. Diakses dari:
https://data.goodstats.id/statistic/simak-faktor-utama-penyebab-perceraian-di-indonesia-2024-OJc0nAngka Perceraian 2024 di Indonesia Capai 399.921 Kasus, Tertinggi Jawa Barat dengan 88.985 Kasus. Diakses dari:
https://www.inibalikpapan.com/angka-perceraian-2024-di-indonesia-capai-399-921-kasus-tertinggi-jawa-barat-dengan-88-985-kasus/Analisa Data Tren Perceraian di Indonesia Tahun 2024, Bagaimana Persentasenya?. Diakses dari:
https://www.parentnial.com/2025/04/analisa-data-tren-perceraian-di-indonesia-tahun-2024-bagaimana-persentasenya.htmlKasus Perceraian Indonesia Turun pada Tahun 2023. Diakses dari:
https://data.goodstats.id/statistic/kasus-perceraian-indonesia-turun-pada-tahun-2023-DScNzAngka Cerai Turun 10% di 2023, Kemenag Dorong Peran KUA Jaga Ketahanan Keluarga. Diakses dari:
https://kemenag.go.id/nasional/angka-cerai-turun-10-di-2023-kemenag-dorong-peran-kua-jaga-ketahanan-keluarga-rgQBTPengadilan Agama Jakbar Catat 900 Percerain Periode Januari - Maret 2025 - DKI Jakarta. Diakses dari:
https://barat.jakarta.go.id/berita/pengadilan-agama-jakbar-catat-900-percerain-periode-januari-maret-2025Lonjakan Kasus Perceraian di Blitar: 843 Perkara Masuk Sejak Awal 2025. Diakses dari:
https://kabarjawa.com/berita/lonjakan-kasus-perceraian-di-blitar-843-perkara-masuk-sejak-awal-2025Angka Perceraian Akibat Judi Meningkat. Tempo.co. Diakses dari:
https://www.tempo.co/data/data/angka-perceraian-akibat-judi-meningkat-1404121Jumlah Perceraian Menurut Provinsi dan Faktor Penyebab Perceraian – Perkara (2024). Badan Pusat Statistik (BPS). Diakses dari:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/YVdoU1IwVmlTM2h4YzFoV1psWkViRXhqTlZwRFVUMDkjMw==/jumlah-perceraian-menurut-provinsi-dan-faktor-penyebab-perceraian--perkara---2024.html?year=202475% Kasus Perceraian di Indonesia Diajukan Pihak Istri. Katadata Databoks. Diakses dari:
https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/e120450c03592e7/75-kasus-perceraian-di-indonesia-diajukan-pihak-istriParuh Kedua Tahun 2024 : Pertengkaran Terus Menerus Tetap Menjadi Faktor Utama Penyebab Perceraian Di Kabupaten Kampar. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama – Ditjen Badilag. Diakses dari:
https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-daerah/paruh-kedua-tahun-2024-pertengkaran-terus-menerus-tetap-menjadi-faktor-utama-penyebab-perceraian-di-kabupaten-kamparFaktor Penyebab Perceraian di Kabupaten Kampar Tahun 2024. PA Bangkinang. Diakses dari:
https://www.pa-bangkinang.go.id/seputar-peradilan/3436-faktor-penyebab-perceraian-di-kabupaten-kampar-tahun-2024Rahayu, S. (2021). DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP ANAK (ANAK BROKEN HOME). Jurnal Tarbiyah UINSU . Diakses dari:
https://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/ami/article/download/3899/1590Rahayu, S., & Susanti, R. (2020). DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL REMAJA DI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI. Biblio Couns: Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan , 8(2), 112–120. Diakses dari:
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/biblio/article/view/17094Universitas Jambi. (2021). SKRIPSI: DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL REMAJA DI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI. Repository Unja. Diakses dari:
https://repository.unja.ac.id/58586/2/SKRIPSI_SUSLINDA%20RAHAYU.pdfBK3S Yogyakarta. (2022). Memahami Dampak Sosial Ekonomi Perceraian Orang Tua Terhadap Anak Remaja. Diakses dari:
https://www.bk3s.org/ojs/jsb/article/download/29/29KOPUSINDO. (2021). Perlindungan Dan Kepastian Hukum Terhadap Hak Anak Pasca Perceraian. Jurnal Kajian Hukum dan Keadilan Publik , 4(2), 105–118. Diakses dari:
https://jurnal.kopusindo.com/index.php/jkhkp/article/download/356/377/1091Prasetyo, B. (2020). MENGGALI AKAR MASALAH: Analisis Kasus Perceraian di Indonesia. Jurnal Masyarakat Humaniora , 12(2), 145–156. Diakses dari:
https://ojs.pseb.or.id/index.php/jmh/article/view/613/501Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Diakses dari:
https://www.dpr.go.id/dokjdpp/document/UU+Nomor+1+Tahun+1974.pdfMahkamah Agung RI. (2024). Data Statistik Perkara Perceraian dari Badan Peradilan Agama (Badilag). Diakses dari:
https://badilag.mahkamahagung.go.id/Badan Pusat Statistik (BPS). (2024). Statistik Perkawinan dan Perceraian di Indonesia. Diakses dari:
https://www.bps.go.id/Kementerian Agama RI. (2024). Laporan Tahunan: Dinamika Perceraian dan Strategi Penguatan Ketahanan Keluarga. Diakses dari:
https://kemenag.go.id/Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). (2025). Laporan Transaksi Judi Online Triwulan I Tahun 2025. Internal Report.
United Nations Children’s Fund (UNICEF). (2023). The Impact of Divorce on Children's Well-being in Developing Countries. Diakses dari:
https://www.unicef.org/reports/impact-divorce-on-childrenWorld Bank. (2024). Economic Impacts of Divorce and Family Disruption in Southeast Asia. Diakses dari:
https://www.worldbank.org/en/topic/socialdevelopment/publication/economic-impacts-of-divorce-in-southeast-asiaSoekanto, S. (2018). Sosiologi Keluarga . Jakarta: Rajawali Press.
Kartono, K. (2019). Psikologi Keluarga: Dinamika Hubungan Suami-Istri dan Orang Tua-Anak . Bandung: Mandar Maju.
Catatan:
Laporan ini menyoroti pentingnya konsistensi data, analisis regional, serta perlunya intervensi kebijakan yang responsif terhadap dinamika dan penyebab perceraian di Indonesia
Posting Komentar